Pendakian Marathon Merbabu, Merapi, Lawu.
 
 


Melengkapi daftar pendakian Tahun 2006, aku kembali melakukan pendakian solo secara marathon di tiga gunung Jawa Tengah yaitu Merbabu, Merapi, dan Lawu. Pendakian kumulai dari Dusun Tekelan, Kopeng pada hari Sabtu tanggal 16
 September. Sekitar jam 13.00 kudaki Gunung Merbabu yang beberapa hari sebelumnya dilalap kebakaran.
September. Sekitar jam 13.00 kudaki Gunung Merbabu yang beberapa hari sebelumnya dilalap kebakaran.Menjelang petang aku sampai tepat di bawah Puncak Syarif, setelah menemukan tempat berkemah kudirikan tenda di dekat satu tenda dari kelompok pendaki lain. Setelah menghabiskan semalaman di tengah hempasan angin kencang, paginya aku meneruskan perjalanan ke puncak tertinggi Kentheng Songo. Hanya sekitar 15 menit berada di puncak, aku mulai berjalan menuruni puncak yang sebagian besar vegetasi di sekitarnya telah menghitam diamuk api.
Setelah hampir tiga jam perjalanan aku sudah tiba di daerah Kecamatan Selo. Perut yang kelaparan segera kuisi di sebuah warung makan, sambil beristirahat melepas lelah. Sekitar jam sepuluh aku tiba di Base Camp Merapi, yang ramai oleh pendaki yang baru turun dari puncak. Kembali aku beristirahat lagi selama beberapa jam. Aku memulai pendakian sekitar jam satu siang bersamaan dengan turunnya kelompok pendaki yang terakhir, sehingga tidak ada satupun pendaki yang berada di gunung.
Sebelumnya aku belum pernah mendaki di Gunung Merapi, jadi aku sedikit ragu melakukan pendakian solo itu. Ditambah lagi kabut yang sering datang mengganggu pandangan, tapi aku mencoba untuk tenang dan tetap fokus pada perjalanan. Belum sampai jam empat aku sampai di Watu Pecah, aku mendirikan tenda untuk menginap. Hanya sekitar satu jam perjalanan menuju puncak, aku memutuskan untuk sekalian mendaki sampai puncak dan segera kembali ke tenda.
Aku membawa barang seperlunya dan mulai mendaki. Setelah Pasar Bubrah perjalanan dilanjutkan dengan mendaki bebatuan yang terjal dan berbahaya. Perjalanan menuntut kewaspadaan yang tinggi, ditambah lagi jalurnya sangat tidak jelas karena terjadinya erupsi beberapa waktu lalu. Jam 19.15 aku sampai di puncak, karena hari sudah mulai gelap aku tidak berani mendekati Puncak Garuda. Sesegera mungkin aku meninggalkan puncak untuk menghindari masalah serius akibat kemalaman. Dengan hati-hati aku terus bergerak turun melewati bongkahan-bongkahan batu besar yang berbahaya. Ketika sampai kembali di Pasar Bubrah hari sudah gelap dan berkabut. Hampir membuat kesalahan fatal ketika aku mengambil arah terlalu ke kiri, untunglah aku berhenti menunggu kabut menghilang, dan ketika kabut menipis tampak di hadapanku sebuah lereng curam yang bisa mengantarku ke dasarnya.
Bersyukur kepada Allah akhirnya aku sampai kembali ke tenda dengan selamat. Setelah menikmati kesendirian semalaman, esoknya aku meninggalkan Gunung Merapi untuk langsung menuju ke Gunung Lawu.
Lewat tengah hari aku sudah berada di kawasan Cemoro Sewu untuk memulai perjalanan melewati jalur berbatu yang tertata rapi. Meskipun bukan hari libur tapi lumayan banyak pendaki yang akan naik maupun turun. Asam laktat yang menumpuk di paha dan kaki akibat perjalanan sebelumnya membuat pendakianku menjadi relatif lebih lambat. Menjelang sore aku mendirikan tenda di Pos II, kemudian esoknya meneruskan perjalanan ke Puncak Hargo Dumilah. Hanya menghabiskan waktu sekitar sejam untuk mencapai puncak.
Sebelum tengah hari aku sudah meninggalkan gunung dengan sentuhan peradabannya, seperti jalan berbatu yang dibuat hingga hampir puncak, juga warung makan yang ada di dekat puncaknya.



1 Comments:
mas wah hebat y sering solomountaineering,lam knl mas dr pendaki gunung Mojokerto
Post a Comment
<< Home